Pergunu, Wajib Menjadi Teladan Dalam Islahul Ummah
Sebagai Salah satu Garda Terdepan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, dalam setiap nafas dan denyut nadinya, Pergunu senantiasa memegang prinsip utama Nahdlatul Ulama yaitu berpedoman pada Alquranul Karim Surat An-Nisa ayat 59 dengan Manhaj Fikrah Nahdliyyah yakni: (1). Bidang aqidah/teologi bermanhaj pada pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. (2). Bidang fiqh/hukum Islam, bermazhab secara qauli dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Dan (3) Bidang tasawuf, NU mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Merujuk pada prinsip-prinsip diatas, Pergunu wajib menjalankan Khittah Nahdliyah sebagai Jami’iyah Diniyyah Ijtima’iyah.
Dalam mewujudkan Khittah Nahdliyah, Romo Yai Ma’ruf (Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin, Mustasyar PBNU), mengatakan diperlukan khutwah berupa langkah-langkah dinamis yang sesuai dengan situasi, lingkungan dan kondisi yang dihadapi demi kemaslahatan ummat (masyarakat). Romo Yai Ma’ruf lebih lanjut mengatakan “Khittah itu permanen, sedangkan khutwah itu perubahan-perubahan yang tidak keluar dari garis khittah dan Sasarannya jelas, terarah menuju upaya ishlahul ummah, yaitu perbaikan masyarakat”. Apa yang disampaikan Romo Yai Ma’ruf sejalan dengan Khasais Fikrah Nahdliyah yakni tathowwuriyah (berkembang), tawassutiyah (moderat) dan manhajiyah (metodologis), serta selaras dengan Kredo Nahdliyah yakni “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”, lebih lanjut Romo Yai Ma’ruf melengkapi kredo NU tersebut dengan konsep al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah, yaitu sebagai upaya perbaikan ke arah yang lebih baik lagi dan seterusnya (continual improvement).
Hadirnya sebuah tipologi, ciri khas umat Islam di Nusantara, yang dikenal dengan istilah Islam Nusantara, dengan tokoh sentralnya Romo Yai Said (Prof Dr. KH Said Aqil Siroj, MA/Mustasyar PBNU) menurut penulis adalah sebuah Khutwah Brilian dalam menginternalisasikan nilai-nilai Khasais Fikrah dan Kredo Nahdliyah. Hanya sayang, beberapa nahdliyin, terlihat kurang cermat dan kurang tepat dalam memahami istilah Islam Nusantara sebagai upaya cerdas dan progresif dalam melestarikan kakayaan budaya Nusantara dan menumbuhkan spirit nasionalisme masyarakat terhadap bangsa serta dalam meng-counter ideologi transnasional.
Sementara itu dalam mewujudkan Khittah & Kutwah Harakah Nahdliyah Romo Yai Ma’ruf memaknai keberIslaman ala NU suatu saat akan menjadi warna di dunia global. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Rais ‘Aam PBNU, Romo Yai Miftah (KH Miftachul Akhyar) dengn menancapkan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk “Men-‘dladl’-kan dunia yaitu menjadikan NU kedepan sebagai pusat peradaban islam dunia. Ketua Umum PBNU (KH Yahya Cholil Staquf) Menterjemahkan cita-cita Nahdlatul Ulama tersebut dengan Menetapkan Arah Perjuangan Nahdlatul Ulama dengan mengusung semangat Tema “Merawat Jagat. Membangun Peradaban”.
Pergunu adalah salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan mabadi khaira ummah agar tercipta islahul ummah dalam aspek keagamaan dan aspek kemasyarakatan. Kenapa demikian?, karena dalam mewujudkan islahul ummah pada kedua aspek tersebut primary keynya ada pada pendidikan. Pergunu-lah yang mempunyai peran dan tanggungjawab itu. Melalui Haraqah mabadi khaira ummah yaitu Al-shidq, Al-amanah wa al-wafa’ bi al-ahd, At-ta’awun, Al-‘adâlah dan Al-Istiqâmah serta empat prinsip haraqah nahdliyah yaitu toleran, welas asih, lembut dan suka rela, wajib menjadi pedoman Pergunu dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab mulianya sebagai pendidik.
Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum Pergunu, Romo Yai Asep (Prof Dr. KH asep Saifuddin Chalim, M.Ag) yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Amantul Ummah menuturkan bahwa, tujuan pendidikan di Indonesia secara garis besar yakni terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur. Pendidikan di Indonesia harus berorientasikan kepada menanamkan keimanan kepada anak didik, menanamkan ketaqwaan, mewujudkan akhlakul karimah, tanggung jawab akademis, pembentukan kecerdasan, tanggung jawab kesehatan, tanggung jawab ketrampilan, tanggung jawab kreatifitas, dan tanggung jawab dalam menanamkan Cinta Tanah Air. Romo Yai Asep senantiasa berpesan kepada seluruh komponen Pergunu, “Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali”. Pesan beliau menjadi pedoman dan pegangan pergunu dalam menjalankan profesi mulianya.
Bahwa Perubahan Adalah Sunnatullah Yang Pasti Terjadi Dan Akan Terus Terjadi. Yang Patut Dipermasalahkan Adalah Bagaimana Menyikapi Perubahan Tersebut. Di Sinilah Posisi Nahdliyin terutama Pergunu dalam memahami khittah dan khutwah NU, Khutwah itu sebuah keharusan, namun khutwah tanpa berpedoman pada Khittah adalah sebuah ketersesatan. Oleh karenanya Transformasi yang dilakukan Pergunu dalam menjawab perkembangan jaman wajib senantiasa berpedoman pada khittah nahdliyah. Begitupun dalam menjalankan haraqah mabadi khaira ummah, pergunu wajib berpedoman pada Khasais Fikrah dan Kredo Nahdliyah. Dengan Demikian Islahul Ummah Terutama dalam bidang Pendidikan akan terwujud.
Dr. H. Heri Kuswara, M.Kom (Sekretaris PP Pergunu)