NUZULUL QUR’AN
Tidak terasa puasa kita sudah sampai pada pertengahan di bulan Ramadhan 1443 H ini, dan akan tibalah kita besok di malam tanggal 17, yaitu malam diturunkannya Al-qur’an atau disebut dengan malam Nuzulul Qur’an.
Sebagaimana kita maklum, Nuzulul Qur’an berarti turunnya Al-qur’an yang merupakan kitab suci pedoman hidup kaum muslimin. Dan pada malam 17 Ramadlan, dimana seluruh kaum muslimin di Indonesia memperingati malam yang penuh keberkahan itu.
Tentang turunnya Al-qur’an, para ulama ahli tafsir seperti Ibnu Katsir dalam kitab “Tafsir Al-qur’an al-Adlim”, ia membagi turunnya Al-qur’an menjadi 2 tahap, yaitu :
1. Tahap pertama, Al-qur’an diturunkan oleh Allah SWT dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar, sebagaimana tersebut dalam Firman Allah :
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Aku turunkan Al-qur’an di malam Lailatul Qadar”. (Q.S. Al-Qadr:1)
Pada tahap pertama ini Al-qur’an diturunkan 1 kali sekaligus. Selanjutnya tentang malam Lailatul Qadar, Allah merahasiakan kapan terjadinya, sehingga para ulama berselisih pendapat tentang masalah ini. Ada yang mengatakan Laelatul Qadar terjadi di malam tanggal ganjil sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan. Ada juga yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu terjadi sejak malam tanggal 1 Ramadhan hingga bulan Ramadhan selesai;
2. Tahap kedua, Al-qur’an diturunkan oleh Allah melalui perantara Malaikat Jibril AS dari Baitul Izzah (langit dunia) kepada Nabi Muhammad SAW pada malam tanggal 17 Ramadhan saat beliau sedang berada di gua Hira. Pada tahap kedua ini Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, ketika Nabi SAW berada di Mekkah dan Madinah.
Sementara itu Imam Jalaluddin As-Suyuthy dalam kitab “Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an” hal.64-65 dengan mengutip pendapat Ibnu Abbas RA bahwa diturunkannya Al-Qur’an dari Al-Lauh al-Mahfudh ada tiga cara: Pertama bersifat meng-afirmasi pendapat Imam Ibnu Katsir dan hal tersebut merupakan qaul yang paling shahih dan mashur, yaitu diturunkannya Al-Qur’an bersifat kolektif (1kali sekaligus) kemudian diturunkannya secara berangsur-angsur selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun sebagaimana diperselisihkan masanya. Kedua, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar pada malam ke 20 atau malam ke 23 atau malam ke 25 dan hal tersebut terjadi setiap tahun. Setelah itu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Ketiga, Al-Qur’an diturunkan dimulai pada malam Lailatul Qadar, setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur di dalam waktu yang berbeda-beda, demikian pendapat As-Sya’by.
Adapun mengenai peringatan Nuzulul Qur’an, masing-masing Negara berbeda-beda dalam memperingatinya. Di negara-negara Timur Tengah ada yang memperingati pada malam Lailatul Qadar seperti di Mesir misalnya memperingatinya setiap tanggal 27 Ramadhan. Sedangkan di Indonesia, umat muslimin memperingatinya setiap tanggal 17 Ramadhan. Hal tersebut dilakukan karena selain untuk memperingati Nuzulul Qur’an, juga memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 17 Agustus.
Terlepas dari permasalahan tersebut di atas, pada malam Nuzulul Qur’an marilah kita jadikan momentum refleksi diri kita masing-masing.
“Apakah benar kita sudah mencintai Al-qur’an, berapa kali kita menyentuh dan membacanya, sudahkah kita memahami isinya, dan sudahkah kita memedomaninya dalam kehidupan sehari-hari?” Jika belum kita lakukan, marilah kita hampiri ia, kita sentuh ia, kita baca ia, syukur kita pegang erat-erat dan kita cium ia, sebagai tanda Cinta kita kepadanya. Jangan-jangan selama ini kita terlalu sombong dan egois, karena kesibukan dunia, kita jarang membacanya. Padahal kita tahu, Al-qur’an yang kita baca akan menjadi penerang di alam kubur dan dengan seijin Allah akan memberikan syafaat bagi kita yang mencintainya di alam akherat. Namun, jika kita berpaling dari Al-qur’an, Allah akan menjadikan mata kita buta, dan tidak dapat melihat apa-apa. Inilah kesedihan yang akan menimpa orang-orang di akhirat kelak, yaitu bagi orang yang berpaling atau tidak pernah melihat dan membaca Al-qur’an.
Lalu pertanyaannya
Bagaimana bisa membaca Al-qur’an, sedangkan sebagian orang ada yang belum bisa membacanya? Jawabannya adalah tetaplah berusaha belajar membaca Al-qur’an, meskipun terbata-bata. Atau jika sudah merasa sulit membaca Al-qur’an, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu, bacalah atau hafalkan surat-surat pendek dalam Al-qur’an, seperti surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Annas. Sebagaimana sabda Nabi SAW dari Abu Hurairah RA “Barangsiapa membaca surat Al-Kafirun pada malam hari, ia sebanding dengan membaca seperempat Al-qur’an, dan barangsiapa membaca surat al-ikhlas setiap malam, maka ia sebanding dengan membaca sepertiganya”( Kitab, Al-Adzkaar: 129). Oleh karena itu, marilah kita baca Al-qur’an menurut kemampuan kita masing-masing dengan niat mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.
Referensi:
1. Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Al-Adzkar.
2.Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim.
3. Imam Jalaluddin As-Suyuthy, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an.
4. Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.