Fenomena Bijak dan Mulia
المقالة السابعة (٧):
عن يحى بن معاذ رضي الله عنه: ما عصى الله كريم، ولا أثار الدنيا على الأخرة حكيم (نصائح العباد، صحيفة: ١١)
Makalah Ketujuh :
Dari Yahya bin Muadz RA, “Tidak berbuat maksiat orang yang mulia, dan tidak mementingkan dunia atas akherat orang yang bijak”. (Nashoihul Ibad, hal.11)
Penjelasan :
Syeikh Nawawi rahimahullah memberikan penjelasan tentang “orang yang mulia” (kariem), yaitu orang yang memiliki perilaku terpuji yang selalu menghiasi dirinya dengan perilaku taqwa dan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Sedangkan yang dimaksud “orang yang bijak”(hakim) yaitu orang yang selalu menggunakan akalnya secara cerdas dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan yang sesungguhnya yaitu alam akherat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا، وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus, dari Nabi saw beliau bersabda, “orang cerdas adalah orang yang introspeksi terhadap dirinya dan beramal untuk bekal hidup setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan mengharapkan sesuatu dari Allah dengan harapan yang kosong”.(HR. Tirmidzi).
Jadi kesimpulannya sebaik-baik orang adalah orang yang selalu berusaha sekuat tenaga melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya dalam kehidupan di dunia ini untuk persiapan menuju akherat yang kekal tiada batas. Sebab kenikmatan dunia ini jika dibandingkan dengan kenikmatan di akherat itu laksana setetes air yang jatuh dari jari telunjuk tangan di atas samudera luas membentang. Dunia ini begitu sedikitnya jika dibandingkan dengan akherat. Tapi hal ini hanya disadari oleh orang-orang yang beriman dan selalu belajar mendalami ilmu agama.
Semoga bermanfaat. Wallahu A`lam
Fazway