PERGUNU JEPARA MENUMBUHKEMBANGKAN LITERASI

JEPARA.pergunujateng.org.- Launching dan bedah buku dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 September 2020 di halaman MA NU Nahdlatul Fata dengan menerapkan protocol kesehatan yang ketat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua PC. LP. Ma’arif NU Jepara (Drs. H. Fathul Huda, M.M.), Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) K. Rasyif Arwani, Ketua Dewan Syuro Jepara (KH. Mohammad Rusydi), Ketua PC. Muslimat NU Jepara (Hj. Noor Ainy Hadi, S.Ag.), PC. IPNU-IPPNU Jepara, PAC. IPNU-IPPNU Kecamatan Tahunan & Anggota Pergunu Jepara. Pada kesempatan ini Pergunu Jepara melaunching buku “ Suka Citaku Bersama Beslit Sahabatku” Karya Drs. H. Nur Khandir (Ketua PC. Pergunu Jepara) & Antologi Puisi “ Kado Untuk Sahabatku” Karya H. Subekhan, M.Pd. (Devisi SDM Pergunu Jepara).

Buku adalah jendela dunia. Karena dari buku kita bisa tahu dunia dari bagian mana saja, informasi apa saja. Semua pembaca buku akan mendapat akses yang sama tanpa mempedulikan latar belakang geografis mereka berada. Semua tergantung ketekunan dalam membaca buku. Buku juga dapat menjadi jendela untuk membaca pikiran, gagasan, ide-ide penulisnya.Termasuk suasana kebatinan yang dialami penulis saat menulis gagasannya. Oleh karena itu, kalau kita ingin tahu watak, gagasan, dan pikiran seseorang bacalah buku yang ia tulis. Namun sayang, tak banyak orang yang menyempatkan diri untuk menulis gagasan dan pikirannya. Mereka lebih senang membaca dan meng-copy paste tulisan sesesorang. Beberapa alasan yang muncul antara tidak sempat, malu dikritisi orang, tidak penting dan sebagainya. Pikiran-pikiran semacam itu dibuang jauh-jauh oleh Dr. H.Nur Khandir.Terbukti 4 judul buku telah ditulis oleh Kepala MA NU Nahdlatul Fata Petekeyan Jepara ini. Ia berpandangan buku dapat menjadi dokumentasi kesan-pesan, peristiwa, gagasan, yang dapat menambah khazanah literasi yang sudah ada. Paling tidak dapat menjadi inspirasi kawan-kawan untuk mengembangkan budaya menulis, baik di facebook, twitter, dan media ssosial lainnya.

Membaca buku, “ Suka-Cita Bersama Beselit Sahabatku” karya Drs. H. Nur Khandir kita diajak menelusuri lorong waktu dan medan pengabdian yang tidak terbatas bagi penulisnya. Sang penulis merasa mendapat ruang aktualisasi dan dedikasi bersama sahabatnya Drs. H. Fathul Huda hingga panggung pengabdiannya terbuka lebar.

Berbagai jabatan yang tersemat di dada Drs. H. Nur Khandir menjadi modal untuk berdedikasi, memberi manfaat bagi lingkungannya. Didapuk menjadi ketua BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), ia tertantang untuk menjawab pertanyaan Subandrio, S. Hut, Faskel pemberdayaan ND (Neighbourhood Development) yang dikucurkan di desa Petekeyan saat itu, berkaitan dengan program bantuan 1 milyar untuk desa Petekeyan Jepara. Apakah ND ini dipahami sebagai program atau proyek. Kalau dipahami sebagai program maka pembangunannya berorientasi pada mutu dan proses yang tepat. Sebaliknya,  bila dipahami sebagai proyek maka pembangunan itu berorientasi pada hasil sesuai target. Akhirnya ia mendapat motivasi dari sosok Subandrio,  bahwa bekerja harus diiringi dengan semangat pengabdian, ada nilai-nilai spiritual agar pengabdiannya lebih bermakna.

Konsistensi Drs. H. Nur Khandir sebagai seorang pemberdaya dapat dirunut dari berbagai tulisannya yang selalu memberikan motivasi perlunya perubahan perilaku masyarakat dalam menata lingkungan, Ia mepahami bukan sekadar dari dimensi sosial, namun ada dimensi spiritual sebagai pengejawantahan dari ajaran islam, yakni membumikan konsep Qur’ani. Penataan lingkungan dan masyarakat menuju kebaikan tidak serta merta terjadi, perlu konsistensi dan terus dikawal di berbagai tempat, ( Lihat Menuju  kebaikan kita pun perlu berdakwah). Beberapa langkah yang ditempuh oleh Drs. H. Nur Khandir adalah sering menggunakan media pertemuan apapun untuk mensosialisasikan program, mengideologisasi para relawan dalam membangun kebersamaan, gotong-royong, kesetiakawanan dan jiwa sosial. Mengangkat desa tercinta menjadi Kampoeng Sembada Ukir (Lihat Aku Belajar Peduli). Beberapa pemikiran, langkah, dan strategi untuk membangun desa yang maju dan sejahtera dapat kita temukan dari catatan Drs. H. Nur Khandir dalam tulisan berjudul GBHN (Konvensi) Qoryah Thoyyibah.

Dimensi lain yang menjadi ruang aktualisasi Drs. H. Nur Khandir adalah pendidikan, melalui tulisannya yang disampaikan pada sambutan wisuda siswa-siswi MTs-MA NU Nahdlatul Fata Petekeyan mengisyaratkan betapa pentingnya lembaga pendidikan merespon dinamika masyarakat melalui slogan yang diusung, gelora perubahan dan dinamisasi harus terus bergerak (Sambutan Wisuda XII). Bahkan madrasah harus kreatif dan inovatif dalam mengformalisasikan kebutuhan masyarakat dalam bentuk program kegiatan madrasah,  desain kurikulum dan terbangunnya soliditas dan sinergitas stakeholders madrasah.

Untuk mempertahankan eksistensi dan dinamisasi lembaga pendidikan menurutnya harus didukung oleh banyak hal. Di antaranya lembaga pendidikan tersebut memiliki akses intelektual, sosial, finansial, dan jaringan. Sistem manajemen yang berbasis mutu dan program. Dewan guru pilihan yang memiliki kompetisi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Sarana prasarana yang memadai yang membentuk  miliu dan iklim pembelajaran sangat kondusif (Lihat point-point study banding ke Amanatul Ummah). Tentu agenda besar ini harus diupayakan terus-menerus dan berkesinambungan. Sebagai Ketua Pergunu Cabang Jepara Jepara, Drs. H. Nur Khandir sadar betul eksistensi dan dinamisasi lembaga pendidikan harus dibangun secara simultan, baik internal maupun eksternal. Secara internal stakeholder madrasah harus bersama-sama mewujudkan visi yang diusung madrasah dalam menjaga eksistensi dan dinamisasi lembaga. Dari aspek eksternal perlu membangun jejaring yang dapat memicu dan memacu dinamisasi lembaga pendidikan dan responsif terhadap perubahan. Ia mengutip pendapat Robert Charles Darwin, “ Yang bertahan bukanlah species yang paling kuat, bukan pula yang cerdas, tetapi yang paling responsive terhadap perubahan (Lihat Clossing Testamen 1 dalam Diklat Kepala Madrasah oleh Pergunu Cabang Jepara)

Sebagai aktivis organisasi, penggerak (muharrik), pemberdaya,  motivator, Drs. H. Nur Khandir terus menggelorakan semangat perubahan, kerja keras, inovatif, kreatif dalam ranah yang kita geluti agar memberi nilai tambah terhadap peran dan kontribusi yang kita berikan sebagai bentuk pengabdian kita. Dengan gaya Bahasa yang reflektif, khas, bahkan jawani. Pesan-pesan Drs. H. Nur Khandir sering kita temukan dalam berbagai kegiatan.

Dalam dimensi sosial keagamaan dapat kita temui beberapa motivasional yang mendorong gerak- dinamika organisasi, misalnya dalam tulisan NU perlunya kaderisasi organisasi, ia secara konsisten mendorong terbentuknya pengurus komisariat di tiap-tiap satuan pendidikan di bawah lembaga Ma’arif NU. Atas inisiasi yang ia lakukan bersama PC. IPNU-IPPNU Kabupaten Jepara terbentuklah Forum Komunikasi PK. IPNU-IPPNU KKMA 02 Jepara.

Dalam organisasi Kemasjidan, ia menjadi garda terdepan sebagai muharrik (penggerak) pembangunan masjid Baitur Rohim Petekeyan Tahunan Jepara. Beberapa pesan spiritual sering ia sampaikan kepada saudara-saudaranya untuk selalu menjaga semangat, ghiroh, niat yang tulus untuk mengawal pembangunan Masjid Baitur Rohim (Lihat Tausiyah & Baiat Qalbiyah).

Tentu berbagai atribut yang melekat pada sosok Drs. H. Nur Khandir tidak diperoleh secara spontan. Beberapa sosok panutan, teladan turut memberi kontribusi dalam membentuk watak, karakter, semangat pengabdian, perjuangan yang tak kenal lelah. Beberapa tokoh tersebut adalah KH. Mustofa Bisyri atau lebih dikenal dengan Gus Mus (Berguru dari Sang Guru). Tokoh lain yang turut mewarnai sikap dan semangat pengabdian adalah Mbah Hudun Abdul Ghoni,  Pengasuh Ponpes Salaf-Modern Nurul Huda Mantingan Jepara, (Biografi Syaikhina KH. Muhammad Hudun Abdul Ghoni), KH. Sulaiman Tamam (Kiai pemimpin umat, rujukan sosial politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, dan ketertiban, Mbah Shobibur Rohman, salah satu ulama bahkan salah satu dari Auliya yang banyak memberi inspirasi tentang nilai-nilai sosial & kesederhanaan, KH. Abdurrohim Al Mukmin, guru teladan, isnpirator, penasehat, yang tak pernah henti memberi support dan keteladanan secara langsung.

Dari merekalah Drs. H. Nur Khandir mendapat pelajaran berharga tentang hidup dan kehidupan, tentang nilai-nilai perjuangan, keikhlasan, dan pengabdian yang semua bermuara pada sabda sang Nabi, “ Sebaik-baik manusia adalah yang lebih memberi manfaat bagi orang lain” Wallahu A’lam.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *