MEMANJANGKAN BACAAN TAKBIR DAPAT MEMBATALKAN SHALAT

*MEMANJANGKAN BACAAN TAKBIR DAPAT MEMBATALKAN SHALAT*

Oleh: M. Umar Sa’id

Dua pekan lalu kami sekeluarga pergi ke luar kota, perjalanan kami terhenti sejenak karena waktu shalat Maghrib tiba. Kami pun shalat berjamaah di mushalla terdekat. Pada awalnya (khususnya saya) merasa enjoy shalat berjamaah di tempat itu. Tetapi setelah rakaat kedua hati saya merasa gelisah karena imam shalat membaca takbiratul ihram maupun intiqal terlalu panjang. Dan akhirnya saya pun terpaksa mufaraqah karena ada keraguan di dalam hati.
Saya ingat ketika saya masih kecil tempo dulu mengaji kitab “Kasyifah as-Saja fi Syarh Safinah an-Naja”. Kiai saya menjelaskan apa yang ada di dalam isi kitab tersebut, bahwa “shalat seseorang bisa batal, jika saat membaca takbir terlalu panjang dan terlalu pendek”.

Sesampainya di rumah, seketika pada malam itu juga saya buka kitab sebagaimana tersebut di atas ternyata benar adanya.
Berikut penjelasannya:
“Disunnahkan tidak membaca pendek bacaan takbir sekiranya bacaan takbir tidak dipahami dan juga disunahkan tidak terlalu memanjangkan takbir, hal yang baik adalah memanjangkan takbir secara proposional”.
Sedangkan batas maksimal bacaan mad pada takbir adalah tidak sampai melebihi tujuh alif. Setiap alif setara dengan membaca dua harakat. Penghitungan panjang mad dapat dilakukan dengan cara menggerakkan jari-jari secara beriringan dan berkesinambungan.  Jika bacaan takbir melebihi dari tujuh alif, maka bacaan takbir tersebut dapat membatalkan shalat, baik itu takbiratul ihram ataupun takbir intiqal.

Hal demikian juga “Dalam takbir disyaratkan agar tidak terlalu memanjangkan bacaan mad di atas tujuh alif. Jika tidak, maka shalatnya menjadi batal ketika ia mengetahui ketentuan hukum ini dan sengaja melakukannya. Setiap satu alif dikira-kirakan dengan bacaan dua harakat. Pengira-ngiraan hitungan tersebut secara taqrib (kadar hitungan yang mendekati benar) dan cara penghitungannya dengan mengerakkan jari-jari secara berkesinambungan pada saat mengucapkan bacaan mad.” Allahu a’lam bis Shawab.
(Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Kasyifah as-Saja fi Syarh Safinah an-Naja, Hal. 58).

التعبير:
(فرع) قال الباجوري: ويسن أن لا يقصر التكبير بحيث لا يفهم ولا يمططه بأن يبالغ في مده بل يتوسط. وقال الشبراملسي: ويستحب أن يمد التكبير 
ويشترط أن لا يمد فوق سبع ألفات وإلا بطلت إن علم وتعمد وتقدر كل ألف بحركتين وهو على التقريب، ويعتبر ذلك بتحريك الأصابع متوالية مقارنة للنطق بالمد.

(Penulis adalah Ketua PC. PERGUNU Kendal, Wkl. Ketua LDNU Kendal, anggota Syuriah MWC NU Patebon dan Sekretaris Rois Ranting Jambearum).

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *