MAKNA TAUHID

oleh : Muhammad Umar Said*
(Tulisan berikut ini berusaha menjelaskan pidato Kiai Said Aqil Siroj di YouTube yang dianggap kontroversial oleh sebagian orang yang belum paham).
Semua ayat Al-Qur’an itu berisi tentang Sifat-sifat Allah yang berjumlah 99. Begitulah cara Allah mengenalkan Dzat-Nya kepada makhluk-Nya yaitu mengenalkan Dzat-Nya dengan Sifat-sifatNya yang paling indah (ألأسماء الحسنى). Sedangkan Dzat-Nya tidak tercantum dalam Al-Qur’an. Lafadz “Allah” (ألله) itu sendiri adalah “Nama” Dzat-Nya Yang Wajib disembah, bukan Dzat-Nya. Dzat-Nya bukan bunyi dari suara, bukan bayangan, dan bukan sesuatu yang kita buat, Dzat-Nya tidak ada yang sama dengan apapun, atau disamakan atau tidak seperti “apa”, atau “bagaimana” dst. (لا يكيف)
ليس كمثله شيء
“Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya”.
Untuk menjelaskan hal tersebut di atas berijtihad-lah Imam Abu Hasan Asy’ari (Pendiri ajaran Ahlussunah Waljamaah) dengan menambahkan sifat Al-Wujud ( الوجود) atau Wajibul Wujud yang disebut Sifat Nafsiyah (Sifat yg menunjukkan Dzat-Nya) ke dalam 20 Sifat Wajib bagi Allah. Itulah diantara jasa Imam Abu Hasan Asy’ari kepada kaum muslimin Ahlussunah wal Jamaah sebagai pengikutnya. Jika saja tidak ada Imam Abu Hasan Asy’ari kemungkinan sekali kaum muslimin terutama penganut Ahlussunah wal Jamaah tidak mengenal sifat Al-Wujud atau Wajibul Wujud.
Lalu apa makna sifat Al-Wujud itu ?
Maknanya bahwa Yang Wujud secara hakiki itu adalah hanya Al-Wujud itu sendiri. Semua makluk tak terkecuali manusia adalah diciptakan dari “tiada” menjadi ada, tiada lagi dst.. Berarti secara hakiki segala sesuatu (شيء) selain Al-Wujud itu tidak ada (nihil). Contoh ketika seseorang mengatakan “aku”, kata “aku” secara hakiki tidak ada. Sebab yang berhak mengatakan “aku” hanya Al-Wujud.
لاإله إلا أنا
“Tidak ada tuhan kecuali Aku”.
Ketika seseorang mengatakan “kamu”, secara hakiki kata “kamu” pun tidak ada.
لاإله إلا أنت
“Tiada ada tuhan kecuali Engkau”.
Dan ketika seseorang mengatakan “dia” kata “dia” pun secara hakiki tidak ada.
لاإله إلا هو
“Tidak ada tuhan kecuali Dia”.
Dan ketika seseorang mengatakan “Ahmad” secara hakiki “Ahmad” juga tidak ada.
لاإله إلا الله.
“Tidak ada tuhan kecuali Allah”.
Segala sesuatu yang berasal dari tidak ada, maknanya mustahil ada. Yang Ada hanya Yang Ada.
Jadi kesimpulannya, seluruh makhluk di alam semesta raya ini secara hakiki tidak ada, yang ada hanyalah Yang “Ada” (الوجود). Yang Menguasai dan Yang Memiliki atas segala sesuatu adalah Al-Wujud. “Ada” sebelum semua ada (diciptakan) dan Yang Paling Akhir setelah semua berakhir (musnah). Dia “Ada” karena Yang Ada, Dia Paling Akhir karena “Ada”.
Allahu a’lam bis shawab.
*Penulis adalah Ketua PC. PERGUNU Kabupaten Kendal