BERKURBAN ITU TANDANYA CINTA
“Gunung yang tinggi kan kudaki, lautan luas kan ku seberangi”. (Kelana I, Rhoma Irama).
Kutipan lirik lagu di atas, melukiskan tentang gelora hati seorang yang sedang dimabuk cinta. Apapun cara dilakukan, jangankan tingginya gunung dan dalamnya samudera, seandainya sang kekasih berada di rembulan pun, ia akan terbang kesana. Itulah gambaran seseorang yang sedang kasmaran, rela berkorban apa saja demi kekasih pujaan hati. Ini baru gambaran cinta manusia kepada sesamanya.
Lalu bagaimana gambaran cinta seseorang kepada Allah swt ?
Kecintaan seseorang kepada Allah swt seharusnya harus lebih tinggi daripada kecintaan seseorang kepada sesamanya. Dan hal tersebut harus dibuktikan dengan sebuah pengorbanan juga. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, bahwa kecintaannya terhadap harta yang dimiliki, bahkan terhadap anaknya yang amat ia cintai tidak mengurangi kecintaannya kepada Allah swt. Ketika Allah swt berfirman kepadanya untuk menyembelih anaknya Ismail as, ia lakukan dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Kisah Ibrahim as tersebut sesungguhnya sama seperti kita, saat kita mengaku sebagai hamba Allah pada saat itulah sebenarnya kita diuji seberapa besar cinta kita kepada Allah swt.
Sabda Nabi saw:
كل مدع ممتحن (الحديث)
“Setiap orang yang mengaku-ngaku, ia akan diuji”.
Kita sebagai manusia yang telah dilahirkan di bumi ini, dari kecil hingga dewasa, dari tidak punya apa-apa hingga memiliki segalanya, tentunya hal tersebut patut kita syukuri.
Adapun cara mensyukurinya diantaranya adalah melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih seekor kambing atau hewan lain yang disyariatkan oleh agama. Melaksanakan ibadah kurban ini memang mudah diucapkan, namun terkadang berat untuk dilaksanakan. Bukan masalah kaya atau miskin, tetapi menyangkut keimanan. Tidak sedikit orang yang hidupnya pas-pasan bahkan amat kekurangan, ia mampu berkurban meskipun harus menabung sekian tahun. Tetapi tidak sedikit pula orang yang hidupnya berkecukupan, tetapi merasa berat untuk berkurban. Meskipun ia punya mobil, rumah mewah, deposito, sawah, ladang dan harta lain yang jumlahnya tak terhitung, ia merasa tidak terpanggil untuk melaksanakan ibadah kurban. Lalu jika kita bandingkan, tinggi mana kecintaannya kepada Allah antara si miskin yang mau berkuban dengan si kaya yang dengan berbagai alasan
sehingga tidak mau berkuban ? Padahal Allah sudah mengingatkan dalam FirmanNya:
قال الله تعالى:
لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون. (ال عمران: ٩٢)
“Kamu tidak akan memperoleh kebaikan sehingga kamu meng-infakan dari sebagian apa yang kamu senangi”. (Q.S. Ali Imran: 92).
Dalam surat lain Allah juga berfirman:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعواني يحببكم الله و يغفر لكم ذنوبكم…الأية.(ال عمران: ٣١).
“Katakan (Hai Muhammad)! Apabila kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku. Maka Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu…”. (Q.S. Ali Imran: 31).
Berdasarkan hal tersebut diatas, bahwa bukti kecintaan seseorang, baik cintanya kepada sesamanya, lebih-lebih kepada Allah dan Rasul Nya harus dibuktikan dengan sebuah pengorbanan, diantaranya yaitu melaksanakan ibadah kurban. Sebab ibadah kurban merupakan simbol kecintaan dan sekaligus ketaqwaan seseorang kepada Allah swt. yaitu dengan menyisihkan sebagian rejekinya melalui ibadah kurban seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as yang rela menyembelih anaknya Ismail as demi kecintaan nya kepada Allah swt. Allahu’alam bis shawab.