حكم تسوية الصف في الصلاة (Hukum Meluruskan Shoff dalam Sholat)
Ada seorang teman bertanya, dalam kondisi pandemi Covid 19 (meskipun dengan alasan darurat) ia ingin tahu mengapa barisan shalat berjamaah yang biasanya diperintahkan untuk meluruskan soff justru sekarang dilonggarkan hingga sampai 1 M. Bagaimanakah hukumnya?
Di kalangan masyarakat muslim, ketika akan melaksanakan shalat berjamaah di masjid maupun mushola terutama dalam meluruskan shoff (barisan) shalat, ada yang kakinya ditempelkan dengan orang yang berada di sebelahnya dan ada pula kakinya berdiri sewajarnya tanpa ditempelkan. Lalu pertanyaannya bagaimana sesungguhnya yang dimaksud dengan taswiyatus shoff (meluruskan barisan) dalam sholat itu dan bagaimanakah hukumnya?
Jawaban :
Mengenai hukum meluruskan shoff dalam shalat, sebenarnya bersumber dari sebuah Hadits sebagai berikut:
وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : ( سَوُّوا صُفُوفَكُمْ ؛ فَإنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
(وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِي : ( فَإنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إقَامَةِ الصَّلاَةِ
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 723 dan Muslim, no. 433]
Berangkat dari hadits di atas,
ada beberapa pendapat para ulama tentang hukum meluruskan shoff dalam shalat berjamaah yaitu :
Pertama, para ulama fuqaha sepakat bahwa meluruskan barisan dalam shalat berjamaah merupakan tuntunan syariat yang telah diperintahkan berdasarkan hadits Nabi saw;
Kedua, perbedaan pendapat ulama terdapat dalam memaknai perintah Nabi saw yaitu berupa kata kerja perintah “سوّوا” yang berarti suatu perintah yang memiliki arti meluruskan, meratakan, menyelaraskan, merapikan barisan shalat berjamaah (lafadz yang masih memiliki pengertian umum (mujmal).
Dari sinilah muncul beberapa pendapat yaitu sebagai berikut :
1. Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah, Ibnu Hajar al-asqalani dan Asy Syaukani, bahwa hukum meluruskan soff ketika shalat jamaah adalah wajib, dan haram hukumnya berselisih dalam masalah ini;
2. Jumhur Ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, bahwa meluruskan shoff ketika shalat berjamaah hukumnya sunnah, tidak sampai level wajib.
Oleh karena itu, menurut pendapat kedua dalam kondisi tertentu ketika shalat berjamaah barisan shalat boleh longgar, sehingga shalat berjamaah dengan jarak 1 M sebagaimana dalam kondisi pandemi Covid 19 hukumnya diperbolehkan dan tetap sah. Contoh lain yaitu dalam kondisi masjid atau mushola tidak memuat jamaah, maka jarak imam dengan makmum baik makmum di belakang atau di samping iman (خلفه أو جانبه) diperbolehkan sejauh hingga maksimal 300 dziro’ (18.480 cm) atau sejauh kurang lebih 18 m dengan asumsi 1 dziro’ =61,6 cm, asal dengan syarat tidak ada suatu penghalang antara imam dan makmum yang memungkinkan makmum masih bisa melihat gerakan shalat Imam, atau gerakan makmum di depannya atau mendengar suara imam.
Demikian uraian di atas, semoga bisa menambah ilmu dan wawasan keagamaan yang luas bagi kita, sehingga dalam menghadapi perbedaan pendapat dan sudut pandang tentang tata cara beribadah terutama dalam ibadah shalat, hal tersebut dapat diterima yang sesuai dengan kaidah keilmuan.
Referensi lain :
عن أبي مسعود الأنصاري قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح مناكبنا في الصلاة ويقول: “استووا ولا تختلفوا فتختلف قلوبكم ليليني منكم أولو الأحلام والنهى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم،” رواه مسلم
حكم الاختلاف في تسوية الصف
اتفق الفقهاء على أن الاختلاف وعدم تسوية الصف منهي عنها، وأن تسوية الصف مشروع ومأمور به وذلك للأحاديث الواردة المتواترة من قول النبي صلى الله عليه وسلم وفعله وفعل الخلفاء الراشدين، وذلك لتعلق تسوية الصف بركن عظيم ألا وهو الصلاة، وقد نقل ابن عبدالبر إجماع العلماء على مشروعية ذلك.
واختلفوا في حكم المخالف عند الصف للصلاة هل هو محرم أو مكروه على قولين:
القول الأول:
أن الاختلاف في تسوية الصف محرم؛ فتسويته واجبة وبه قال البخاري، وابن حزم، وابن تيمية، وابن حجر، والشوكاني.
القول الثاني:
أن تسوية الصف مستحبة وليست واجبة وإليه ذهب جمهور العلماء من الحنفية، والمالكية، والشافعية، والحنابلة
بغية المسترشدين، للسيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر باعلوي، ص:٧١
فتح الوهاب لشيخ الإسلام أبى يحيى زكريا الأنصاري، ص: ٦٦
كفاية الأخيار للإمام تقي الدين أبى بكر محمد الحسينى الحصنى الدمشقى، ص:١٣٧
المنهاج القويم، للشيخ الإمام شهاب الدين أحمد بن حجر الهيتمى الشافعى، ص:٦٩.
كتاب الرموز الفقهية، المعهد الإسلامي السلفي لربويو كديري، ص: ١٩٧.